Categories
Sosok dan Kiprah

H.E. Andradjati: Lima Ikatan Penting Sang Diplomat dengan Belgia

Keterkaitan Andradjati dengan Belgia ditandai dengan dua hal. Pertama, ia sebagai diplomat Indonesia ditugaskan oleh Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) R.I. pada Perutusan R.I. untuk Masyarakat Eropa (PRI-ME) di Brussel. Kedua, ia adalah alumni Université Libre de Bruxelles (ULB). Sebab selama Andradjati bertugas di Brussel, ia sempat kuliah strata dua di The CERIS (Centre d’Études des Relations Internationales & Stratégiques (Pusat Studi Hubungan Internasional dan Strategis), Université Libre de Bruxelles (CERISULB). Studi ini sangat strategis sebab Kota Brussel dikenal sebagai the Capital of Europe (Ibukota Eropa) dan Belgia sebagai the Heart of Europe (Jantung Eropa). Kedua predikat tersebut terkait dengan keberadaan kantor Komisi Eropa, lembaga eksekutif Uni Eropa, di Brussel.

Andradjati ditugaskan pada PRI-ME di Brussel selama lebih-kurang 4 (empat) tahun (1998 – 2002). Belgia merupakan negara kedua penugasannya di benua Eropa. Sebelumnya, ia ditugaskan di Wina, Austria (1990 – 1994). Belgia juga merupakan negara ketiga di mana ia ditempatkan di negara bermusim dingin atau bersalju. Sebelum ditempatkan di Brussel dan di Wina, Andradjati mendapat penugasan pertama saya di Ottawa, Kanada (1984 – 1988). Beruntung, musim dingin di Belgia yang ia rasakan tidak sedingin di Austria dan apalagi di Kanada yang dahsyat dinginnya. Dari penugasan dan pengalaman hidupnya di Brussel, Belgia, Andradjati mencatat beberapa peristiwa dan pengalaman penting.

Pertama, pada Januari 1998, Indonesia mengalami krisis moneter (krismon) yang sangat berat. Nilai tukar mata uang Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat (AS) mencapai tingkat terendah, yaitu Rp.17.500 per US$ 1. Andradjati merupakan satu-satunya staf Kemenlu yang diizinkan berangkat oleh pimpinan untuk penugasan ke luar negeri. Pertimbangannya karena tiket pesawat untuk Andradjati dan keluarga berangkat ke Belgia telah lunas dibayar oleh Kemenlu pada saat nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS belum mencapai titik terendah, yaitu masih berkisar Rp12.000-an. Pada saat krismon, Kemenlu mengeluarkan peraturan nomor 206, yakni pengurangan jumlah staf pada Perwakilan RI di luar negeri dengan menarik home-staff (pejabat dinas luar negeri), khususnya pejabat diplomatik dan konsuler yang sudah berada atau bertugas di kantor perwakilan selama 2 (dua) tahun, kembali ke Jakarta. Selain itu, juga ada kebijakan pengurangan local-staff (staf lokal), baik WNI maupun WNA yang mempunyai double income (pendapatan ganda), artinya suami dan istri bekerja atau punya penghasilan. Peraturan ini dimaksudkan untuk mengurangi beban anggaran perwakilan. Sungguh berat baginya yang baru tiba di perwakilan ditugaskan sebagai tim kepegawaian harus memberhentikan staf lokal.

Tentu saja Perwakilan R.I. terbebani pada saat krismon karena anggaran Perwakilan R.I. merupakan bagian dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang hitungannya Rupiah. Ketika Kemenlu mengirimkan anggaran untuk kantor perwakilan, transfernya adalah dalam bentuk Dollar AS. Sehingga anggaran yang diterima kantor perwakilan lebih sedikit atau berkurang karena terdapat selisih nilai tukar (kurs) antara pada saat anggaran disusun dengan kurs pada saat dilakukan transfer ke perwakilan.

Pada saat ia bertugas di Belgia, Indonesia mempunyai dua kantor perwakilan di Brussel, yakni Kedutaan Besar R.I. untuk Kerajaan Belgia merangkap Keharyapatihan Luksemburg yang terletak di Avenue de Tervueren dan PRI-ME yang terletak di Boulevard de la Woluwe. Sekarang kedua kantor perwakilan tersebut telah dilebur menjadi satu menjadi KBRI saja dengan pertimbangan untuk efisiensi. Jadi, kini hanya ada satu kantor Perwakilan R.I., yakni Kedutaan Besar R.I. dengan tiga tugas sekaligus yaitu untuk Kerajaan Belgia merangkap Luksemburg dan Uni Eropa. Indonesia saat ini mempunyai dua Konsul Jenderal Kehormatan (Honorary Consul-General) dan satu Konsul Kehormatan (Honorary Consul), yakni Honorary Consul General of the Republic of Indonesia for the Region of Vlaanderen, Belgium; Honorary Consul General of the Republic of Indonesia for the Region of Walloon, Belgium dan Honorary Consul of the Republic of Indonesia for Luxembourg. Konsul Jenderal dan Konsul Kehormatan tidak dibiayai oleh Pemerintah Indonesia, melainkan secara sukarela oleh pribadi masing-masing konsul tersebut.

Catatan pengalaman yang keduanya adalah kunjungan Presiden Abdurachman Wahid (Gus Dur) – alm- ke Brussel pada Februari 2000. Pada saat itu sedang musim dingin dan karena pesawat mendarat di lapangan militer, maka tidak tersedia belalai (garbarata). Penyambutan Presiden Gus Dur mulai dari turun pesawat dengan menggunakan alat bantu hingga upacara penerimaan oleh pejabat protokol setempat dilakukan di ruangan terbuka dan udara sangat dingin. Kunjungan Presiden Gus Dur ke Belgia boleh dibilang sangat singkat, sebab merupakan bagian dari kunjungan Presiden Gus Dur ke 13 negara sekaligus secara marathon. Alhamdulillah, seluruh rangkaian acara dan agenda pertemuan Presiden Gus Dur dengan para pejabat pemerintah Belgia serta Komisi Eropa berlangsung lancar. Seorang diplomat ketika bertugas di perwakilan, tidak selalu mempunyai pengalaman dikunjungi presiden. Sebab, kunjungan presiden atau kepala negara ke suatu negara bisa merupakan kunjungan kenegaraan, yang artinya dilakukan atas pertimbangan hubungan antara Indonesia dengan negara yang dikunjungi. Jika tidak atas dasar itu, bisa juga sifatnya kunjungan kerja yang dilakukan untuk misi khusus atau juga kunjungan untuk menghadiri suatu konferensi atau pertemuan tingkat kepala negara. Selain itu, ada juga kunjungan transit dalam perjalanan ke negara lain atau perjalanan kembali ke Indonesia dari luar negeri.

Kemudian pengalaman yang ketiganya di Belgia, pada Januari 1999, saya mengalami pergantian mata uang 11 (sebelas) negara anggota Uni Eropa pada saat itu, tidak termasuk poundsterling Inggris, dengan mata uang Euro. Mata uang Belgia secara bertahap ganti dari Franc Belgia ke mata uang baru tersebut. Dampak dari pergantian mata uang negara-negara Eropa adalah berkurangnya anggaran kantor perwakilan R.I. Turut berkurang juga tunjangan penghasilan yang diterima para home-staff serta gaji staf lokal WNI pada perwakilan R.I. di negara-negara Uni Eropa. Hal ini karena anggaran perwakilan dan tunjangan penghasilan staf (baik home staff dan local staff WNI) pada perwakilan R.I. di luar negeri adalah dalam mata uang Dollar AS, sementara nilai tukar mata uang Euro lebih kuat atau lebih tinggi terhadap Dollar AS. Dengan kata lain, baik kantor perwakilan maupun staf akan menerima take home pay lebih sedikit. Pada sisi lain, diberlakukannya mata uang Euro memang menjadi lebih praktis pada saat kita bepergian atau berwisata ke negara-negara yang tergabung dalam Euro, karena sebelum diluncurkan mata uang Euro, kita harus membawa atau menukar mata uang masing-masing negara tujuan.

Catatan keempatnya di Belgia adalah Andradjati beberapa kali merangkap tugas sebagai pelaksana Atase Perdagangan. Hal ini karena terjadi kekosongan pejabat saat mutasi Atase Perdagangan yang lama dengan yang baru. Dalam hubugan perdagangan antara Indonesia dan Uni Eropa, memang banyak isu atau masalah yang dihadapi. Dalam kaitan ini tentunya saya banyak berinteraksi dengan dan melakukan lobi kepada pejabat Komisi Eropa dan sesekali ikut mendampingi Duta Besar ke Strasbourg, Perancis untuk melakukan lobi kepada anggota Parlemen Eropa. Dalam buku yang ia tulis terbitan Penerbit Buku Kompas yang berjudul “Diplomasi Empat Benua : Catatan Mengabdi Hingga Ujung Bumi pada bab XI, ia menuliskan pengalaman bertugas di Belgia yang diberi sub-judul Wafel di Jantung Eropa. Pada buku tersebut, ia ceritakan secara lengkap pengalaman bagaimana menghadapi atau merespon berbagai isu yang diajukan oleh Komisi Eropa.

Masih berkaitan dengan bidang – bidang tugasnya, berapa kegiatan yang juga pernah ia lakukan atau hadiri selama bertugas di Brussel adalah Conference on Agricultural Trade and the Next World Trade Organization (WTO) Round; Seminar on Prospects for Relaunching a New WTO Round and the Built-in Agenda ; menjadi Ketua Kelompok Kerja Perdagangan ASEAN Brussels Committee ; mewakili Kamar Dagang dan Industri Indonesia pada ASEAN CoChairman of the Steering Committee Meeting of the ASEAN European Union Industrialists’ Roundtable; menjadi anggota delegasi RI pada the Fifth Session of Inter-governmental Negotiating Committee for An International Legally Binding Instrument for Application of the Prior Informed Consent Procedures for Certain Hazardous Chemicals and Pesticides in International Trade ; ditugaskan sebagai anggota delegasi RI pada the Second Preparatory Committee Meeting for Asia-Europe Meeting (ASEM) Ministerial Conference of Science and Technology ; menjadi anggota delegasi RI pada 39thAssembly of the International Rubber Study Group (IRSG) ; ditugaskan sebagai anggota delegasi RI pada the United Nations Conference on Least Developed Countries (LDCs); dan menjadi Ketua Delegasi RI pada Sub-Committee Meeting on Science and Technology of the ASEAN-European Commission Joint Cooperation.

Di luar pengalaman – pengalaman profesional tersebut, ada pula catatan pengalaman ke-lima, yakni pengalaman – pengalaman yang lebih bersifat pribadi.  Saat bertugas di Belgia, Andradjati melanjutkan studi mengikuti pendidikan strata dua untuk program Master Politik Internasional (Master of International Politics) di The CERIS (Centre d’Études des Relations Internationales & Stratégiques (Pusat Studi Hubungan Internasional dan Strategis))Université Libre de Bruxelles (CERISULB). Di samping itu, dari penugasan di Belgia, anaknya juga jadi bisa berbahasa Perancis walaupun harus dengan pengorbanan yang berat ketika bersekolah di Brussel. (lihat tulisan Andriarto Andradjati, “Jago Bahasa Perancis, bisa dari Belgia” – https://alumnibelgia.org/?p=145 – red).

Kini, meski tidak lagi di Belgia, Andradjati masih sesekali mengikuti kegiatan yang berkenaan dengan Belgia. Pada Oktober 2019, ia mengikuti acara La Soirée Musicale Belge (Malam Musik Belgia) yang diselenggarakan Kedutaan Besar Belgia di Restoran Koi, Kemang, Jakarta dalam rangka perayaan 70 tahun hubungan Indonesia – Belgia. Di situ, ia sempat bertemu dan mengobrol dengan Duta Besar Belgia untuk Indonesia Stéphane De Loecker. Terakhir, pada November 2020 ia ikut reuni perdana Alumni Belgia yang diselenggarakan via Zoom Meeting.

Andradjati (berdiri ke-dua dari kanan) sebagai diplomat di depan gedung KBRI Brussel, Avenue de Tervueren.

Andradjati (berdiri paling kiri) sebagai diplomat di kantor PRI-ME Brussel, Boulevard de la Woluwe (kini turut jadi gedungnya KBRI Brussel).

Andradjati (kiri) mendampingi Duta Besar PRI-ME Brussel Bpk. Nasrudin Sumintapura (alm.) berdiplomasi menghadapi pejabat Uni Eropa di Brussel, Belgia.

Andradjati (berdiri di tengah, baris paling depan) sebagai mahasiswa S-2 Politik Internasional di Université Libre de Bruxelles (ULB).

Andradjati (paling kanan) berjumpa Duta Besar Belgia Stéphane De Loecker (tengah) pada acara perayaan 70 tahun hubungan Indonesia – Belgia di Jakarta, Oktober 2019.

Andridjati turut mengikuti reuni perdana Alumni Belgia, November 2020.

Categories
Sosok dan Kiprah

Prof. Tegoeh Tjahjowidodo: Kembali Berkarya di Almamater

Tegoeh Tjahjowidodo merupakan salah satu alumni Belgia yang kembali ke almamaternya di KU Leuven sebagai Associate Professor. Lahir pada tahun 1972, Tegoeh menempuh  pendidikan Sarjana (1991-1996) hingga Master (1997-1999) dalam bidang Teknik Mesin di Institut Teknologi Bandung. Sempat bekerja di perusahaan GECI International, sebagai konsultan teknik dalam desain pesawat selama satu tahun, ia melanjutkan studinya di KU Leuven, Belgia pada tahun 2001. Selama studi doktornya, ia terlibat dalam banyak penelitian, terutama tentang dinamika gesekan nonlinier. Setelah menyelsaikan pendidikan doktornya, ia menempati posisi sebagai Peneliti Senior di Pusat Teknologi MECHATRONICS Flanders (FMTC) di Belgia, sebuah pusat penelitian yang menjembatani penelitian akademik dan pengetahuan industri di bidang mekatronik. Di pusat penelitian ini, ia terlibat dalam beberapa proyek, terutama dalam mengembangkan model metodologi diagnosis berbasis sistem mekatronik dan teknik pengurangan kebisingan di mesin.  Selain itu, ia sempat pula berkarir di School of Mechanical and Aerospace Engineering, Division Mechatronics & Design, Nanyang Technological University, Singapore mulai dari Assistant hingga menjadi Associate Professor.

Categories
Sosok dan Kiprah

Dr. Dodi Reza Alex Noerdin , Lic., Econ., MBA: Mengabdi Melalui Legislatif dan Eksekutif

Dr. H. Dodi Reza Alex Noerdin, Lic., Econ., MBA, begitu biasa dituliskan nama dan gelarmnya secara resmi. Alumni dari salah satu universitas di Belgia yang sarat prestasi ini lahir di Palembang, 01 November 1970 dan saat ini mengemban amanah sebagai Bupati Musi Banyuasin Periode 2017 – 2022. Dodi merupakan putra dari mantan Gubernur Sumatera Selatan, Alex Noerdin. Selama menjabat sebagai Bupati, ia terkenal akan kepiawaiannya dalam banyak berbicara di kancah Internasional. seperti dalam Konferensi PBB untuk Perubahan Iklim (COP) di Polandia (2019) dan di Madrid (2020). Selain menjabat sebagai Bupati, saat ini ia juga menjabat sebagai Ketua Umum KADIN Sumatera Selatan untuk periode kedua (2020-2025). Sebelumnya, pernah juga mewakili Sumatera Selatan dalam menjadi anggota DPR RI partai Golkar periode 2014-2019 dan menduduki jabatan sebagai Wakil Ketua Komisi VI dalam bidang Perdagangan, Perindustrian, Koperasi, Investasi, dan BUMN. Dalam rangka pencalonannya sebagai Bupati Musi Banyuasin pada Pilkada Serentak 2017 dengan dukungan 10 partai parlemen maupun non parlemen, ia mengundurkan diri dari jabatannya sebagai anggota DPR pada akhir tahun 2016. Kecintaannya pada dunia pendidikan, membuatnya untuk berkontribusi secara aktif sebagai dosen di Universitas Sriwijaya di sela-sela kesibukannya.


Dodi sejak muda telah mengukir banyak prestasi. Pendidikan Dasar dan Menengah ditempuh di Indonesian and Canada, di mana pada saat SMA, ia berhasil meraih beasiswa dari Depdikbud untuk Program Pertukaran Pemuda Antarnegara ke Kanada. Tamat SMA, ia menempuh Pendidikan Sarjana Ekonomi di University of Leuven (UCL), Belgia pada tahun 1991-1996, dengan lulusan predikat ‘GrandeDistinction ( HighHonour) Top 2% dan menariknya thesis nya yang ditulis dalam Bahasa Prancis tersebut mendapat Penghargaan BBL PrizeAward. Selanjutnya ia berhasil meraih gelar Master Administrasi Bisnis (MBA) di Université Libre de Bruxelles, Belgia dan lulus dengan Predikat MagnaCumLaude pada saat Juni 1997. Pada Januari 2010, ia kembali mengukir prestasi pada saat beliau mendapatkan Fellowship on IDEAS 2.0, Massachusetts Institute of Technology (MIT) Sloan School of Management, Cambridge MA, USA. Terakhir, pendidikan doktornya diselesaikan di Universitas Padjajaran, Bandung. Lebih dari itu, ia juga pernah mengemban pendidikan formal berupa Pendidikan Penerbang Private Pilot Licence, Deraya Flying School, Bandara Halim Perdana Kusumah, Jakarta (2004) dan Pendidikan Lemhanas DPR/MPR RI (2014).


Berbagai pengalaman menarik dimilikinya selama menjabat baik di ranah legislatif maupun eksekutif. Dodi pernah berpartisipasi pada Forum 100 Kepemimpinan Asia di Filipina tahun 2008 dan menjadi delegasi Indonesia dalam WTO Third Country Training Programme di Singapura pada tahun 2010-2011. Pada saat menjadi anggota DPR RI, ia pernah menjadi pemimpin dalam Delegasi Parlemen RI di Annual Parliamentary Hearing, New York, Amerika Serikat pada Sidang Umum PBB tahun 2013. Sejak tahun 2009, beliau memiliki berbagai jabatan pada DPR/MPR RI yaitu Ketua Grup Kerjasama Bilateral (GKSB) Indonesia-Kazakhstan (19-25 September 2014), Ketua Grup Kerjasama Bilateral (GKSB) Indonesia-Belarusia (2009-2014), Ketua Grup Kerjasama Bilateral (GKSB) Indonesia-Yunani (29 Mei-4 Juni 2016), pada tahun 2015 menjabat sebagai Ketua Panja RUU BUMN Komisi VI DPR RI dan Ketua Panja PMN Komisi VI DPR RI serta menjadi Pimpinan Komisi VI DPR RI periode 2014-2016. Tercatat, sejak 2017 hingga 2021, Dodi berhasil meraih meraih penghargaan dalam jumlah luar biasa yaitu 121 penghargaan.


Di sela-sela kesibukannya ia sangat aktif dalam organisasi profesi, sosial dan keolahragaan. antara lain Direktur Car Racing and Single Seater Racing Bidang Hubungan Internasional dan Event Internasional IMI Pusat. Sejak tahun 2018, ia juga menjabat sebagai Ketua Pengprov Perbasi Sumatera Selatan periode 2018-2022 dan sejak tahun 2017 hingga saat ini juga menjabat sebagai Ketua Umum Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL), Indonesia. Ia juga dipercaya sebagai Ketua Umum KADIN Sumatera Selatan selama dua kali periode yaitu 2015-2020 dan 2020-2025.

Categories
Sosok dan Kiprah

Dr. Yuki Indrayadi, ST., MME: Berkontribusi dan Berkiprah di Berbagai Instansi

Dr. Yuki Indrayadi sukses berpetualang dan berkontribusi di banyak instansi di negeri ini. Sejak awal Dr. Yuki menyukai bidang pendidikan. Sejak memulai program sarjananya di  Institut Teknologi Bandung jurusan Teknik Industri pada kurun tahun 1991-1996, ia melanjutkan studi Master dan Doktornya di Katholieke Universiteit Leuven, Belgia jurusan Teknik Mesin. Pada 1998, ia berhasil lulus gelar Master dengan predikat Cumlaude dan gelar langsung menyelesaikan program doktor pada tahun 2002 dengan disertasi yang berjudul “Distributed Dispatching Control for Dynamic Flow-line Manufacturing Systems” pada tahun 2002. Selama masa studinya, ia juga bekerja menjadi asisten peneliti di kampusnya. Banyak pengalaman karir yang telah ditempuh. Seusai melanjutkan studinya, pada tahun 2003-2004, bekerja sebagai ketua peneliti di PT Indokapital Sekuritas. Kemudian , ia berkecimpung di dunia pendidikan sebagai dosen di Swiss German University (SGU) di Fakultas Teknik dan Teknologi Informasi serta Fakultas Administrasi Bisnis. Di tengah kesibukannya sebagai dosen, ia juga bergabung juga di instansi lain seperti sekretaris/koordinator analis di perusahaan Telekomunikasi Indonesia. Sempat menjabat sebagai Senior Vice President di PT Infinite Global Kapital dan Direktur di PT Quant Capital Management, pada Oktober 2018 ia kembali lagi di perusahaan Telekomunikasi Indonesia untuk menjabat sebagai kepala BoC Sekretariat. Setelah itu, ia menjadi bagian dari PT Semen Indonesia sebagai Independent Committee Member (2013-2016) dan pada tahun 2016- 2019 menjabat sebagai sekretaris dewan komisaris PT Pertamina (Persero). Setelah itu, ia beraktifitas kembali sebagai dosen di International University Liaison Indonesia sampai saat ini. 

Categories
Sosok dan Kiprah

Prof. Dr. Kees Bertens: Pakar Etika Terkemuka Indonesia

Prof. Dr. Kees Bertens tidak lahir di Indonesia, namun kecintaannya pada Indonesia telah membawanya untuk tinggal dan berkarya di Indonesia. Prof. Bertens lahir di Belanda, tepatnya di kota Tilburg, pada 1936. Kees muda menempuh pendidikan Doktor dalam bidang filsafat pada tahun 1968 di Katholieke Universiteit Leuven, Belgia. Selama masa studinya di Belgia, setiap hari minggu selalu memiliki aktivitas membantu paroki atau biara suster di Belgia.Ia juga memiliki pengalaman sebagai Pastoral di Perancis pada saat libur panjang di kota La Courneuve. Pada tahun 1965, ia juga pernah menjadi pemimpin misa di Belanda. Itulah sebabnya ia dijuluki sebagai seorang rohaniawan. Sejak Tahun 1968, Prof. Bertens menjadi seorang rohaniawan Gereja Katholik di Jakarta.

Selain sebagai rohaniawan, saat ini ia juga sesosok tokoh etika Indonesia yang banyak berkecimpung di dunai akademis sebagai ahli filsafat dan teologi. Beberapa pengalaman profesi yang pernah dijalani antara lain yaitu pengajar di Seminari MSC, Belanda selama 2 tahun, Seminari Pineleng selama 11 tahun, STF Driyarkara selama beberapa tahun dan sisanya sebagai dosen di Universitas Katolik Atma Jaya yang merupakan tempat mengajar paling lama yaitu sejak tahun 1983. Di universitas tersebut, Prof. Bertens menjabat sebagai Direktur Pusat Etika pada tahun 1984-1995. Bahkan pada tahun 1990-1998, beliau juga dipercaya sebagai ketua HIDESI (Himpunan Dosen Etika Seluruh Indonesia). 

Pada tahun 2004 – 2009, ia membuka layanan konsultasi eksternal pada Komisi Nasional Bioetika dan pada tahun 2003 hingga saat ini, beliau melayani konsultasi eksternal pada Komisi Nasional Etika Riset Kesehatan. Hingga saat ini, bberapa karya buku telah diterbitkan, diantaranya yaitu  “Etika” (1993); “Membahas Kasus Etika Kedokteran” (1996); ”Pengantar Etika Bisnis” (2000); ”Perspektif Etika” (2001); ”Aborsi sebagai Masalah Etika” (2002); ”Keprihatinan Moral” (2003); ”Sketsa-sketsa Moral” (2004); ”Metode belajar untuk Mahasiswa” (2005); Psikoanalisis Sigmund Freud” (2006); “Perspektif Etika Baru” (2009).

—-

Categories
Sosok dan Kiprah

Dr. Ir. Bambang Subianto: Tokoh Kabinet Reformasi Pembangunan

Dr. Ir. Bambang Subianto merupakan alumni master (1981) dan doktor (1984) KU Leuven, Belgia, yang dikenal sebagai salah satu tokoh Kabinet Reformasi Pembangunan. Pria yang lahir pada tanggal 10 Januari 1945 di Madiun ini meraih gelar Insinyur pada program studi Teknik Kimia di Institut Teknologi Bandung pada tahun 1973, dan selanjutnya pada tahun 1975 bergabung menjadi peneliti dan staf pengajar Jurusan Manajemen, di Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Pada tahun 1988, Dr. Ir. Bambang Subianto memulai perjalanan karirnya di Kementerian Keuangan sebagai  Direktur pada Departemen Keuangan dan Akuntansi. Kemudian naik jabatan sebagai Direktur Jenderal Lembaga Keuangan pada tahun 1992. Selama masa jabatannya, ia aktif dalam mengembangkan peraturan hukum seperti hukum pasar modal (1995), UU Penerimaan Negara Bukan Pajak (1997), dan sebagainya. Saat pertengahan krisis moneter pada Januari 1998, ia diangkat sebagai Kepala Indonesian Bank Restructuring Agency (IBRA) atau Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Di era krisis moneter pada April 1998,  Dr. Ir. Bambang Subianto diangkat sebagai Menteri Keuangan RI periode 1998-1999 di Kabinet Reformasi Pembangunan oleh Presiden B,J, Habibie sebagai upaya negara dalam menyehatkan perbankan. Upaya yang menonjol pada saat itu yaitu menghapus monopoli dan rekapitalisasi perbankan. Seusai menjabat sebagai Menteri Keuangan, bergabung dengan Ernst and Young pada Juli 2000 hingga masa pensiunnya pada tahun 2005. Di masa pensiunnya, ia menjabat sebagai Presiden  Komisaris PT. Star Energy Investments dan Komisaris Independen PT. Unilever Indonesia Tbk.

Categories
Sosok dan Kiprah

Dr. Ir. Bambang Supriyanto, M.Sc: Dirjen Berprestasi di KLHK

Dr. Bambang Supriyanto is currently running responsibility as a Director General of Social Forestry and Environmental Partnership, Ministry of Environment and Forestry, Republic of Indonesia. He was convinced to play some important roles in Ministry of Forestry/Environment and Forestry i.e. Director of Planning Bureau; Director of Research and Development for Social Economic Forest Policy and Climate Change Center; Director of Utilization of Environmental Services of Conservation and Protected Forest; and Head of Gunung Halimun Salak National Park, Ministry of Forestry. He was highly educated and awarded a Master degree in Forest Policy and Planning and a PhD in Management of Land and Forestry and in University of Ghent-Belgium in 1992 and 1997 respectively. Furthermore, he obtained a Bachelor degree of Forestry Faculty at Bogor Agricultural UniversityIndonesia (1986). He participated in a post doctoral in Sloan School, Massachusetts Institute of Technology-United States of America (USA) on Green Economic: Prospect and Leadership Management (2015) under guidance Peter Senge and Otto Scharmer.

Dr Bambang Supriyanto was awarded for ‘The Satyalancana Wira Karya Award’, which is a token of appreciation issued to Indonesian citizens who have been very instrumental and devoted to the nation and state. This prize was awarded for his active role in accelerating the distribution of land access through policy innovation with the issuance of 19 Director-General Regulations and the development of the Social Forestry Information and Navigation System (so-called go KUPS), so that 4.42 million hectares have been distributed to 6,798 community groups for ecological improvement, reduction of social and economic conflicts.

Source: https://infinitum.ugent.be/topics/18193/news/417133