Categories
Artikel

Belgia Dulu dan Jejaknya Kini

Oleh: Galuh Syahbana Indraprahasta, Ph.D (Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Alumni Ghent University Belgia)

Perkembangan kota-kota di Belgia, beserta Belgia sendiri sebagai suatu negara berdaulat, tidak dapat dipisahkan dari aspek sejarah yang melekat dan membentuknya. ‘Benelux’, atau Belgium-Netherlands-Luxemburg, pada masanya pernah mejadi suatu kesatuan wilayah. Pada waktu Belanda mendatangi Indonesia untuk pertama kali (antara akhir abad ke-16 di Banten dan awal abad ke-17 di Ambon), Benelux (plus sebagian kecil wilayah utara Perancis sekarang) masih merupakan satu kesatuan wilayah dibawah imperium Perancis (dan sebagian Prusia/Jerman) dengan nama ‘Burgundian Netherlands’. Peruntungan nasib wilayah ini berubah setelah peperangan yang berkepanjangan selama beberapa abad; membuat wilayah ini terpecah menjadi dua, yaitu ‘Dutch Republic’ (awal mula wilayah negara Belanda) dan ‘Southern Netherlands’ (awal mula wilayah negara Belgia dan Luxemburg), tepatnya pada pertengahan abad ke-17. Meski Belgia sempat kembali menjadi bagian dari Perancis semasa ‘Revolusi Perancis’, negara ini kembali bersatu dengan Belanda setelah kekalahan Perancis pada tahun 1814. Nama negara unifikasi Benelux lama pada waktu itu adalah ‘United Kingdom of the Netherlands’. Namun, dengan terjadinya revolusi Belgia pada rentang 1830-1839, negara terakhir ini juga tidak berumur panjang dan menyebabkan terbentuknya 3 negara baru, yaitu Belanda, Belgia, dan Luxemburg. Tidak mengherankan jika sampai saat ini, dalam kaitannya dengan bahasa, ada relasi kuat antara negeri Belanda dengan Belgia bagian utara (Flanders); begitupun antara Belgia bagian selatan (Wallonia) dengan Luxemburg dan Perancis.

Eropa daratan pada masanya, terlebih sebelum dunia baru Amerika Serikat mapan dan Jepang masih asyik dengan politik tertutupnya, menjadi pusat dari peradaban dunia: ekonomi dan pengetahuan. Belanda, negara yang begitu dekat di telinga kita, pernah menjadi pusat peradaban dunia di eranya pada abad ke-17/18, tepat saat dia dengan pede-nya melakukan ekspansi ke Nusantara. Amsterdam menjadi mimpi bagi setiap pengembara dan pengejar rente dunia (layaknya Manhattan NY saat ini sebagai pusat kapitalisme modern), begitupun dengan Antwerpen (Belgia) yang menjadi pelabuhan terbesar saat itu. Sungguh, jika kita berkesempatan berkunjung ke Antwerpen, jangan lupa untuk mampir ke stasiun kereta apinya yang begitu tersohor. Tidak mengherankan jika stasiun ini termasuk salah satu yang paling indah di dunia, silakan saja googlinguntuk mengkonfirmasi legasi ini. Belgia, apapun nama yang melekat pada zaman itu, telah menjadi besar pada masanya, seiring dengan berkembangnya wilayah ‘Belanda kuno’ serta kebangkitan Eropa di Abad Pertengahan. Bahkan sebelum Belanda mempunyai universitasnya sendiri (Universiteit Leiden, universitas pertama di Belanda, berdiri tahun 1575), masyarakatnya ramai mengunjungi Belgia, khususnya Leuven, untuk menimba ilmu di Katholieke Universiteit Leuven (universitas pertama di Belgia, berdiri tahun 1425), perguruan tinggi yang sampai sekarang masih tegak berkibar. Leuven sampai saat ini masih menjadi kota mungil yang hidup karena keberadaan mahasiswanya, bahkan dengan proporsi yang tidak beda jauh dengan jumlah penduduk yang benar-benar tinggal di sana.

Di antara cerita masa lampau tersebut, momentum utama kejayaan Belgia pasca menjadi negara berdaulat adalah ketika revolusi industri mewabah seantro Eropa Barat. Contoh paling konkrit dari masa awal industrialiasi ini adalah Belgia merupakan negara kedua, setelah Kerajaan Inggris, yang memasuki revolusi industri dengan beragam jenis industri yang berkembang, terutama, seperti halnya Inggris, tekstil. Tidak disangka nyana bahwa negara yang tidak lebih luas dari pulau Jawa ini menjadi lentera bagi Eropa daratan. Yup, sebelum kita semua mengenal segala kompleksitas industri dijital yang saat ini menguasai dunia dengan beragam merk dari, terutama, Jepang dan Amerika Serikat (a.l. Apple, Matsushita, Google, Facebook, Sony, Yahoo!), jejak revolusi industri dimulai dari tekstil serta beragam industri permesinan dan pertambangan. Sejatinya industri tekstil dan turunan definisinya tidak pernah mati sampai sekarang, hanya berdiversifikasi dan berganti epicentrum. Persaingan Nike dengan Adidas, beserta dengan tawaran teknologi mutakhirnya di beragam apparel olahraga, merupakan salah satu contoh bagaimana industri ini masih memikat dan terus berkembang.

Perkembangan ekonomi dan industrialisasi Belgia yang signifikan kemudian mendorong beberapa kotanya menjadi pusat dari peradaban modern dan tetap meninggalkan jejaknya hingga saat ini. Sebagai contoh, Gent merupakan kota industri utama pada masa jayanya sampai akhir abad ke-19, begitupun dengan Liège dan Charleroi yang sempat menjadi pusat industri baja Eropa sampai sebelum Perang Dunia II. Sebagai salah satu jejak kejayaannya, Université de Liège saat ini menjadi tempat menarik bagi beberapa mahasiswa Indonesia (dan mahasiswa dari negara lainnya) untuk menimba ilmu di bidang metalurgi, pertambangan, dan sejenisnya. Adapun Charleroi menjadi hub Belgia untuk Eropa saat ini, terutama dengan keberadaan bandar udara khusus low-cost carrier, Ryan Air, sebuah maskapai yang tampaknya Air Asia coba tiru untuk regional Asia Pasifik. Kedua kota ini masih tetap menjadi salah satu pusat industri Belgia saat ini, terutama di dalam silion industriel (kawasan industri). Begitupun Gent, dengan perkembangan industri tekstil yang tidak pernah tampak berhenti, membuat Universiteit Gent menjadi salah satu tujuan belajar bagi banyak mahasiswa, termasuk dalam bidang tersebut.

Melihat negeri Belgia saat ini dimana antarkotanya dihubungakan dengan jaringan kereta api yang sangat mapan, juga tidak bisa dilepaskan dari masa revolusi industri di atas. Dengan berkembangnya teknologi uap, baja, dan kebutuhan akan distribusi (produksi dan pasar) yang cepat saat itu, Belgia memberikan perhatian besar terhadap pembangunan jaringan transportasi, termasuk kereta api. Bahkan, Belgia merupakan salah satu pusat utama pengembangan kereta api di Eropa daratan. Sebagai ilustrasi, pada tahun 1835, Léopold I (Raja Belgia saat itu) membangun jaringan kereta api pertama di Eropa daratan, menghubungkan antara Brussel dan Mechelen. Begitupun dengan jaringan dalam kotanya, jaringan tram dibangun di beberapa kota besar. Tidak membutuhkan waktu lama bagi Belgia untuk menjadi pemain utama khususnya dalam bidang perkeretaapian. Pada awal tahun 1900an, Belgia telah menjadi salah satu eksportir utama (baik material dan sistem) perkeretaapian (termasuk tram) ke banyak negara, termasuk beberapa negara di Amerika Selatan, China, Mesir, Kongo, dan termasuk pengembangan jaringan metro/subway Paris (Paris Métro).

Belgia juga mengembangkan jaringan infrastruktur lainnya, seperti pelabuhan dan kanal yang sebenarnya sudah berkembang jauh sebelum kereta api muncul. Secara garis besar, pembangunan infrastruktur menjadi salah satu fokus utama mengingat ekonomi Belgia sangat tergantung dengan negara lainnya, baik dari sisi perdagangan (ekspor dan impor) maupun mobilitas manusia, pengetahuan, dan lainnya. Sebagai contoh, saat ini pelabuhan Antwerpen merupakan pelabuhan terbesar kedua di Eropa setelah Rotterdam dari sisi volume kargo. Selain merupakan kota pelabuhan utama Belgia yang memiliki sejarah panjang dengan Afrika, Antwerpen juga merupakan kota permata terbesar di dunia. Sebagai catatan, permata juga menjadi komoditi ekspor utama Belgia, meskipun bahan bakunya didapatkan dari negeri-negeri seberang lautan. Dengan keunggulan lokasional ini, Universiteit Antwerp merupakan salah satu institusi yang menawarkan keunggulan keilmuan di bidang kemaritiman, baik dari sisi engineering, manajemen, maupun ekonomi. Selain Antwerpen, Brugge dan Gent juga memiliki pelabuhan terbesar, secara berurutan, kedua dan ketiga di Belgia, dengan spesifikasi peruntukan yang berbeda-beda. Brugge, kota mungil dan turis nomor satu di Belgia, merupakan pelabuhan Eropa terbesar untuk lalu-lintas RoRo (roll-on/roll-off) dan gas alam. Kota Brugge ini juga sempat mampir sebagai latar utama di film Bollywood ‘PK’ karya Amir Khan yang tayang dan booming pada tahun 2014. Memang keindahan kota ini tiada tara. Anda bahkan bisa membayar toilet dengan British poundsterling untuk memfasilitasi membludaknya pelancong dari negeri Ratu Elizabeth.        

Selain itu, dengan masa industrialisasi yang sudah berubah dengan cepat dan Eropa yang telah memasuki masa ‘post-industrial economy’, terutama pasca restrukturisasi ekonomi global pada tahun 1970an, perkembangan ekonomi Belgia juga banyak mengalami perubahan. Dalam catatan resmi, sekitar 74% dari produk domestk bruto (PDB) Belgia saat ini disumbangkan oleh sektor jasa. Industri tetap ada dan berlokasi di beberapa daerah, khususnya yang didesain sebagai kawasan industri. Adapun kebanyakan dari aktivitas industri ini, sudah lebih berorientasi pada aktivitas penelitian dan pengembangan (R&D). Oleh karena itu, beberapa kampus seperti Universiteit Gent, Katholieke Universiteit Leuven, dan universitas lainnya menjalin hubungan erat dengan industri-industri yang ada. Inilah yang kemudian kita sering sebut sebagai ‘knowledge-based economy’, ekonomi yang didorong oleh pengetahuan dan inovasi. Adapun divisi ‘kerah-biru (blue-collar)’ dari industri, alias pabrik-pabrik, sudah banyak ber(re)lokasi ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, mengejar biaya produksi (termasuk buruh) yang jauh lebih murah dan pasar yang tumbuh mekar. Seperti banyak orang saksikan, Greater Jakarta (Jabodetabek dan sekitarnya) menjadi epicentrum dari para kerah-biru awal abad ke-21; menyajikan pemandangan pabrik, truk tronton, dan demonstrasi buruh sebagai ekspresi ruang sosial-ekonomi sehari-hari; terkadang membuat stres para pelancong ibukota yang ingin mampir ke Bandung. Sayang sekali, di Indonesia, antara industri dan lembaga produksi pengetahuan (universitas dan lembaga litbang) masih berada dalam meja yang berbeda.

Secara ekonomi mungkin Eropa sudah mengalami masa post-industry, tetapi secara maknawi aktivitasnya menjadi lebih high-end, termasuk sebagai pusat R&D, maupun broker perdagangan. Dan memang dengan pergeseran ini, Belgia tampak tidak menjadi satu-satunya pemain utama dalam industri dunia, kecuali industri cokelat dan beragam produk bio-science-engineering. Persaingan semakin ketat dan negara-negara baru bermunculan, termasuk Asia Timur yang semakin mendominasi, khususnya dalam bidang elektronik dan otomotif. Namun yang tidak kalah pentingnya adalah Brussel yang menjadi pusat dari broker ekonomi dan politik. Beragam deal perdagangan, industri, dan politik tampaknya menjadi fungsi terbaru Belgia di tengah jantung Eropa, maupun antara Eropa dengan Amerika dan Asia. Kota-kota di Belgia lainnya, seperti diceritakan secara singkat, berkembang berkombinasi dengan sejarah masa lampau. Brussel menjadi hub Eropa dan tempat bertemunya 4 kereta cepat berbeda merk (Thalys, Eurostar, TGV, dan ICE). Antwerpen tetap angkuh sebagai kota pelabuhan utama, Gent menjadi kota kreatif UNESCO dalam musik, Brugge menjadi daya tarik utama wisata, Liège menjadi peradaban utama di Wallonia (bagian berbahasa Perancis), Charleroi masih tertatih dengan transisi industri dan berupaya mempertahankan fungsi hub-nya, dan Leuven tetap mungil sebagai kota akademik. Begitupun dengan banyak kota-kota lainnya yang telah secara sengaja saya plutonisasi dalam cerita di buku ini. Satu hal yang pasti, antarkota saling berteman, dikoneksikan dengan jaringan transportasi yang mapan; dan Brussel sebagai ibu dari kota-kota yang ada, mengkoneksikan dirinya pada jaringan yang lebih luas, menjadi simbol dari politik-ekonomi Belgia yang secara gradual terus berubah.

——-

Redaksi menerima artikel atau essay dari anggota Alumni Belgia dalam bentuk gagasan dan opini dengan panjang tulisan minimal 550 kata. Artikel dan foto diri dikirimkan melalui email: alumnibelgie@gmail.com.

*Artikel ini merupakan bagian dari tulisan penulis dalam buku Antimainstream Scholarship Destination: Belajar dari Jantung Benua Eropa yang diterbitkan oleh PPI Belgia dan Penerbit Lintas Nalar dengan dukungan penuh dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Brussel dan para alumni.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *